_

Monday, November 22, 2010

Manusia adalah Seniman

Kenapa akhir-akhir ini rasanya gak ada semangat untuk mengerjakan dan menyelesaikan semua tugas-tugas yaaa?? :'( Ingin loh rasanya memposting tugas2 selama saya kuliah di jurusan DKV dan menceritakan konsep dan proses pembuatannya, tetapi yang masih menjadi kendala adalah masih tingginya rasa gak terima kalau nanti ada yang mencuri ide atau plagiat tanpa bilang-bilang.. Sebenarnya gak kenapa-kenapa kok untuk ngikutin atau mencontek, tapi sebaiknya kita mengakui atau memberitahukannya terlebih dahulu pada orang yang ingin kita contek karyanya. Dan ada perbedaan besar antara mencontek dan terinspirasi. Semua seniman didunia ini menghasilkan sebuah karya karena terinspirasi dari sesuatu. Itu lumrah. Tetapi seniman yang menghasilkan karya dari mencontek sama persis dengan karya orang sebelumnya tanpa bilang-bilang, pada akhirnya seniman seperti itu tidak akan bertahan lama.. Saya pun pernah mencontek beberapa karya, tapi tujuannya bukan untuk ngaku-ngaku kalau itu karya saya, melainkan karena masih belajar dan belum ada ide untuk mengumpulkan tugas. Ya, kita semua dalam proses belajar pasti pernah menyontek, tetapi seiring berjalannya waktu, kita semua akan tumbuh menjadi orang dewasa yang sudah banyak belajar, nah pada saat itu lah kita sudah tidak pantas mencontek lagi. Kita seharusnya sudah menemukan gaya kita sendiri. Itu lah yang akan dicari orang, sebuah ciri khas.
Yang saya sebut seniman disini bukan hanya seniman yang benar-benar seniman, misalnya pelukis, pemahat, dll loh, tetapi seluruh manusia. Karena menurut saya, manusia merupakan seniman, yaitu yang dapat menciptakan suatu karya melalui segenap emosionalnya (bukan hanya emosi marah, tetapi juga senang, sedih, dan sebagainya). Ingatkah kalian pada saat kita semua masih kecil, ketika kita semua saat itu diberikan pensil warna atau crayon lalu kita sangat senang dan langsung mencoret-coret semau hati kita? Bagi saya itu juga bisa disebut seni. Bila kalian suka menulis diary tentang perasaan kalian, bagi saya itu juga bisa disebut seni. Sekali lagi, seni bukanlah merupakan ilmu pasti seperti ilmu pengetahuan alam layaknya matematika atau fisika. Memang ada ilmu dan teori tentang seni dewasa ini, dan sudah ada klasifikasi tentang seniman itu adalah orang yang seperi apa dan karya yang bisa dibilang mengandung nilai seni seperti apa, tapi karena saya tumbuh dan besar di lingkungan yang sama sekali tak ada orang seni di dalamnya (seluruh keluarga inti dan keluarga besar saya rata-rata berprofesi dokter, saya SMA di jurusan IPA, pacar saya dan keluarganya juga orang-orang yang pintar dan berwawasan yang menjunjung tinggi pendidikan, teman-teman saya pun tidak ada yang orang seni), maka, waktu saya mengambil kuliah dijurusan desain tanpa modal pengetahuan seni atau bakat apapun pada awalnya, dan setelah melewati 3 tahun kuliah dibidang seni, sekarang saya tumbuh menjadi orang yang dapat memahami seni dan berada di posisi netral dan menjadi perantara antara masyarakat awam yang tak kenal seni dengan seniman yang benar-benar seniman yang mengerti seni. Kita bebas mengemukakan pendapat apapun tentang seni, karena seni juga merupakan bagian dari cabang dari ilmu filsafat dan psikologi. Tetapi saya tidak memaksakan pendapat saya ini ke orang lain, saya hanya menuangkan pikiran saya ke dalam blog ini.. :)

Sunday, November 21, 2010

Movie Review: Harry Potter and the Deathly Hallows part 1

Harry Potter and the Deathly Hallows part 1
Genre: Adaptation, Adventure, Fantasy
Starring: Daniel Radcliffe, Emma Watson, Rupert Grint, Ralph Fiennes, Helena Bonham Carter, etc.
Director: David Yates
Producer: Lionel Wigram, David Heyman, David Barron
Distributor: Warner Bros. Pictures
My Thought:
Akhirnyaaaaa... Film dari novel terakhir yang dinanti-nantikan sejuta umat penggemar Harry Potter keluar juga!! Saya pun juga termasuk penggemarnya, yah meskipun tidak terlalu sampai yang mengoleksi segala macam atribut seperti syal, jubah, dll sih. Tapi lebih kepada karena saya hobi membaca, dan novel Harry Potter merupakan novel yang benar-benar bagus yang dapat membuat pembacanya ikut membayangkan dan masuk kedalam dunia Harry Potter! Pada review film kali ini saya tidak akan menceritakan sinopsis, karena pasti kita semua sudah sangat mengetahui bagaimana kisah Hary Potter ini.. ;)
Perlu diketahui, pengangkatan sebuah novel menjadi sebuah film tidak lah mudah, terlebih kalau novel yang sudah terkenal dan mempunyai jutaan fans seperti Harry Potter ini. Sangatlah penuh tantangan dan beresiko. Bagi yang sebelumnya tidak membaca novelnya mungkin tidak akan kecewa atau merasa terganggu menonton filmnya, tetapi bagi para pembacanya, jika melihat filmnya banyak yang berbeda atau ada beberapa bagian penting yang tidak dimasukan kedalam film pasti akan kecewa dan tidak terpuaskan. Tetapi perlu diketahui, novel dan film merupakan medium yang berbeda. Dengan menulis, kita dapat menceritakan seluruh kisah yang ada tanpa dibatasi sesuatu sehingga dapat merangkai cerita sampai beratus-ratus halaman bahkan beribu-ribu halaman. Tetapi dalam pembuatan film, kendala terbesar yang dialami adalah adanya pembatasan waktu 2 jam untuk mengangkat sebuah kisah. Apalagi dari novel yang beratus-ratus halaman seperti ini, mau tidak mau, tidak bisa dimasukan semuanya ke dalam film.
Jujur saja, saya cukup kecewa dengan film Harry Potter and the Half Blood Prince sebelumnya. Karena menurut saya, sang sutradara, David Yates, malah membuang-buang adegan-adegan penting (seperti tidak lebih menjelaskan masa lalu Tom Riddle dan penemuan-penemuan Horcrux) dan malah menggantikannya dengan adegan-adegan yang tidak penting (percintaan yang timbul diantara Ron dan Hermione). Apalagi theme song Harry Potter yang sudah sangat melekat itu sama sekali tidak diputarkan pada film tersebut, padahal pada 5 film sebelumnya selalu ada.
Maka, sebelum saya menonton, saya pun tidak berharap terlalu banyak pada Harry Potter and the Deathly Hallows. Karena yang menyutradarai tetap David Yates. Tetapiiiiiiiiii,, tak disangka-sangka, benar-benar diluar dugaan, beyond expectation!! Kali ini filmnya sangatlah bagus dan cocok pada novenya, saya sangat menyukainya!!! David Yates kali ini berhasil membuat filmnya sama seperti novelnya, sangatlah tidak mengecewakan, saya sangat menyukainya! Pemilihan untuk memenggal novel terakhir ini menjadi dua bagian adalah keputusan yang sangat tepat dan brilian, sehingga semuanya bisa fokus dan sesuai dengan novelnya. Ya memang, kisah pada Harry Potter menjadi semakin kelam dan serius, sehingga sudah tidak cocok lagi untuk anak-anak kecil menontonnya. Hal ini memang sesuai dengan novelnya, karena Lord Voldemort sudah bangkit kembali dan negeri sihir sudah tidak aman lagi. Dan pada bagian ending pemisah antara bagian pertama dan kedua saya rasa sudah cukup pas dan mengharukan.
Menurut saya sebagai pembaca novelnya, ini film Harry Potter terbagus dan sangat sesuai dengan novelnya dibandingkan seri-seri sebelumnya. Tetapi bagi yang tidak membaca novelnya, justru film Harry Potter and The Deathly Hallows ini malah bisa menjadi film teraneh dan membingungkan dibanding seri-seri sebelumnya. Ya, karena pada film ini sudah tidak lagi menjelaskan, ini adalah siapa, apa permasalahannya, dan bagaimana. Film ini lebih kepada fokus pada kelanjutan kisahnya tanpa harus membuang waktu untuk menjelaskan kisah sebelumnya. Alhasil, bagi yang tidak membaca novelnya tidak akan mengerti.. Saran saya, jika kalian yang tidak membaca novelnya tetapi tidak tertarik membaca novelnya, maka sebelum menonton lebih baik menonton ulang film-film Harry Potter sebelumnya. :)

Kiyadon Japanese Restaurant

Sudah tak terhitung jumlah kunjungan saya dan Wahyu ke restauran ini, Kiyadon adalah tempat makan favorit kami berdua dan merupakan daftar  "kunjungan wajib" kami sehari-hari kalau kami sedang ingin makan sushi dan green tea ice cream. Kiyadon memiliki berbagai macam jenis menu makanan khas Jepang, tidak hanya terpatok pada sushi saja. Menurut saya, rasa yang dimiliki oleh Kiyadon merupakan yang paling enak rasanya jika dibandingkan restauran Jepang yang lain.
Kiyadon terdapat di berbagai mall di Jakarta, diantaranya adalah Mall Taman Anggrek, Senayan City, Pacific Place, fX, Grand Indonesia dan cabang yang baru saja dibuka, Central Park. Untuk dekorasi dan ambience nya, masing-masing outlet memiliki interior dan konsep yang berbeda-beda. Saya sangat menyukai dekorasi restauran yang ada di fX. Pada masing-masing outlet  terdapat tiga pilihan tempat duduk, ada yang lesehan, ada yang di meja makan dan ada yang di sushi bar.

Inilah menu yang selalu saya pesan di Kiyadon:
Sushi Plater B (Rp58.000,-) Terdiri dari berbagai 6 macam sushi mentah dan 6 buah salmon maki. Nasi sushi nya dikepal dan diatasnya diberikan topping salmon, tuna, tobiko, octopus, cumi dan lainnya. Saya lebih menyukai sushi mentah dibandingkan dengan yang matang, karena jauh lebih kenyal dan  enak, apalagi jika dicelupkan ke dalam campuran kecap asin dengan banyak bubuk cabai dan wasabi. Sushi mentah ini tidaklah berbau amis.
Kani Maki (Rp12.000,-) dan Teka Maki (Rp12.000,-) Nasi sushi yang dibungkus dengan rumput laut yang didalamnya terdapat daging crab dan tuna mentah. Bentuknya mungil dan masing-masing porsi terdiri dari 6 sushi. Saya sangat menyukainya, tetapi sebenarnya saya lebih menyukai Salmon Maki. Dan rasanya akan jauh lebih enak jika dicelupkan pada campuran kecap asin dengan banyak bubuk cabai dan wasabi.
Macha Ice Cream (Rp25.000,-) merupakan ice cream dengan rasa green tea yang sangatlah enak. Menurut saya, ini adalah green tea ice cream terenak yang ada di Jakarta! Tidak pahit tetapi tidak juga terlalu manis, pas! Rasanya sangatlah eksotik.. Kalian harus mencobanya! ;)

Untuk minumannya, saya memesan Cold Ocha (free flow)

Menurut saya, Kiyadon adalah tempat yang sangat tepat untuk makan siang atau malam bagi orang-orang yang menyukai suasana dekorasi yang nyaman, mewah, temaram dan tenang.:)

Friday, November 19, 2010

Onrop! Musikal

About Onrop! Musikal
Satu lagi drama musikal broadway hasil karya orang Indonesia yang di prakarsai oleh Joko Anwar setelah sebelumnya terdapat pertunjutkan Gita Cinta The Musical oleh Ari Tulang. Joko Anwar adalah seorang sutradara handal yang telah menerima berbagai penghargaan dalam maupun luar negeri atas besutan film-film yang telah dibuatnya, yaitu Janji Joni, Kala dan Pintu Terlarang. Berbeda dari biasanya, kali ini Joko Anwar tidak membuat sebuah film, tapi membuat sebuah pertunjukan drama musikal, yaitu Onrop! Musikal..
Pertujukan drama musikal ini dipentaskan selama seminggu penuh dari tanggal 13 November 2010 - 21 November 2010, bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Gedung tempat pertunjukan Onrop! Musikal ini berlangsung adalah gedung yang baru saja diresmikan yang merupakan gedung pertunjukan yang mempunyai kapasitas besar dan berdesain modern kontemporer. Onrop! Musikal merupakan pertunjukan pertama yang dipentaskan di gedung teater tersebut.
Onrop! Musikal adalah sebuah komedi satir dengan cerita original yang  khusus dibuat  untuk pertunjukan ini. Mengisahkan tentang keadaan Jakarta pada tahun 2020, dimana Jakarta sudah merupakan tempat yang tak lagi tentram dan damai untuk dihuni karena adanya berbagai macam peraturan undang - undang yang berlebihan, khususnya dibidang pornografi yang harus dipatuhi masyarakat.
Daftar pemain utama Onrop! Musikal:
Pertunjukan ini mempunyai 3 pemain utama yang dimainkan dengan pemain yang berbeda bergantian sesuai jadwal hari pertunjukan.

With the director, Joko Anwar.
My Thought
Saya menonton Onrop! Musikal pada saat openingnya pada hari sabtu tanggal 13 November 2010. Dan saya benar - benar mengacungkan 4 jempol untuk tokoh Amir yang dimainkan oleh Ario Bayu!! Menurut saya, dia lah inti dari semua pertunjukan itu, dia yang memegang kunci peranan untuk membuat penonton tertawa dan terhibur. Dan pemain lainnya yang juga memukau adalah Ary Kirana yang memainkan tokoh perempuan utama, Sari, yang sangat energik. Serta salah satu anggota gelandangan yang seperti anak kecil yang diperankan oleh Canti Widyadari. Untuk para pemain lainnya, jujur saja, saya tak begitu terpukau, karena lelucon - lelucon yang mereka keluarkan terdengar dipaksakan sehingga tidak begitu lucu dan tidak menonjol, sangatlah disayangkan, padahal di jajaran pemain terdapat Fitri Tropica, Nina Tamam, Sita Nursanti ( Rida Sita Dewi), dan Mickey Octapatika (AFI). Dari segi jalinan cerita menurut saya bagus tetapi sangat lemah di ending nya yang terkesan "kok gitu doang ya???" Tetapi mungkin karena pertunjukan ini akan dilanjutkan ke pertunjukan selanjutnya, yaitu Polaris. Kisahnya banyak menyindir pemerintahan dan peraturan yang ada, khususnya dalam bidang pornografi. Untuk segi musikalnya, saya memang bukan orang yang terlalu tertarik dalam bidang musik, mungkin dulu beberapa tahun yang lalu saya sangat menyukai musik, tapi seiring berjalannya waktu saya lebih menyukai ketenangan dan soundtrack. Disini, musik tidak berperan sebagai soundtrack, tetapi berperan sebagai bagian dari dialog dan perasaan yang terdapat pada tokoh-tokohnya, karena ituah dinamakan pertunjukan musikal. Tapi kalau boleh jujur, durasi masing - masing lagu yang dinyanyikan pemain - pemainnya agak terlalu panjang, sehingga ada saat yang membosankan. Tetapi saya sangat salut kepada tim yang mengurusi bagian konsep, setting panggung, dan juga lighting!! Mereka benar - benar sukses menghadirkan pertujukan musikal yang sangat bagus dan berkelas.
Ya begitulah seni, sering kali bersikap skeptis dan terkesan menentang peraturan karena merasa terkekang dan tidak dibebaskan dalam berkarya. Ya, seni memang merupaan suatu luapan segenap emosi dan cita rasa yang dimiliki oleh seorang seniman yang dituangkan dalam bentuk karya seni. Tiap seniman memiliki pendapat dan idealisme terhadap karyanya masing-masing, dan itu termasuk kebebasan berpendapat dan berkarya. Masalahnya kita berada di negeri yang katanya sih.... menjunjung tinggi hukum, tetapi kok malah yang benar-benar bersalah seperti para koruptor yang sangat merugikan masyarakat tidak pernah terjerat hukum ya....?? Sungguh aneh tapi nyata! Tetapi saya sebagai seorang yang juga belajar di bidang seni memiliki prinsip tersendiri dan tidak terarik untuk menciptakan sebuah karya yang mengundang kontroversi. Karena menurut saya, seni tidaklah harus selalu bebas, tidak mengikuti dan terikat dengan peraturan yang ada. Saya sebagai pekerja seni (nantinya) menganggap sebagai sebuah tantangan yang sangat menarik untuk meciptakan seni yang dapat di terima disemua lapisan masyarakat maupun pemerintahan. Karena saya menganggap seni (dan profesi saya nantinya) adalah sebagai suatu layanan jasa pada masyarakat. Jadi idealisme yang saya punya haruslah diimbangi dan ditoleransikan dengan kondisi yang ada di Indonesia. Bukan berarti dengan adanya banyak peraturan yang mengekang, kita tidak dapat menciptakan seni bukan!? Justru disitulah kita harus menggunakan akal dan inisiatif.
For more informations:

Monday, November 15, 2010

Onepiece Wanted Poster


and the last crew is......
HAHAHAHAHAHAHAHAHA :D

Happy Idul Adha, everyone!! :)

 
Theme by BloggerThemes & Dfreebies
This template is brought to you by : allblogtools.com | Blogger Templates